Sabtu, 16 Agustus 2008

Menjadi petani, sebuah mimpi

Menjadi petani, sebuah mimpi

Diambil dari http://putirenobaiak.wordpress.com/2007/12/03/menjadi-petani-sebuah-mimpi/ tgl 16-08-2007: 21:02

Merasakan panas matahari yang menyengat, jam 10 - 13 siang sambil menanam rumput gajah dan nenas di kebun, membuatku berpikir betapa berat pekerjaan seorang petani. Kalau sekedar menanam beberapa pematang sepertiku ini okelah (Just nggaya oi). It’s fun. Tapi ‘membaca’ kondisi petani-petani kecil di desa sungguh menyedihkan. Memikirkannya lebih menyedihkan lagi karena pasti akan berujung pada umpatan terhadap kondisi negeri ini yang tak berpihak pada petani. Malah kebanyakan petani sudah tak punya lahan garapan, hanya menjadi buruh upahan kerja rodi seperti zaman Bulando. *Jadi inget novel Emil*.

Aku pernah membaca, di Thailand, pemerintah mereka sangat mendukung usaha pertanian, mulai dari penanaman, pengelolaan, pengembangan, penelitian serta pemasaran sampai ke seluruh dunia difasilitasi dengan baik. Makanya produk-produk pertanian keren datangnya dari Thailand. Kadang aku heran orang-orang kita berlomba-lomba mengembangkan tanaman dari Thailand, bunga Thailand, sayur Thailand, rumput semak pun dari Thailand, lalu dijual mahal di Indonesia! Aku selalu bilang pada abang yang kebetulan usaha kecil-kecilan tanaman hias, alangkah bodohnya kita ini. Misal dulu waktu di Aceh; “Beginian dibeli mahal-mahal sama orang? Bego banget sih, di parit belakang rumah juga ada, ko malah diimpor dari Thailand?” sambil nunjuk rumput-rumputan di majalah ‘penguasa’ trend pasar. Kenyataannya, Indonesia ini (dunia kali) emang dikuasai para pemodal gede alias kapitalis itu, mereka yang menciptakan trend pasar, mengendalikan pasar, memprovokasi pasar dengan ilmu iklan yang yahud, dan membodoh-bodohi kita bah! (Nah ko mau ya??sad)Begitulah kita ini, padahal kurang luas apa ya Indonesia ini? Kurang banyak apa spesies tanaman hias atau bukan yang bisa dikembangkan? (Halah cape deh mikirinnya mending gue mikirin gajah hehehe…) Padahal ada satu keinginan di hari tua untuk menjadi petani di kampungku. Bayangan masa kecil tentang kehidupan petani yang indah apa hanya mimpi ya di negeri ini? Nyatanya kampung-kampung mulai tenggelam, tanah kehilangan kesuburan, negeri kehilangan hutan, yang rajin berkunjung adalah banjir di musim hujan dan iklim kering di musim kemarau.

Berbincang dengan Jess di kebun gajahku ini, terkagum-kagum pada dua orang pekerja yang membantu mengolah tanah agar siap ditanami. Tak seorang pun dari kami pernah punya pengalaman mengolah lahan. Jess bilang, dua lelaki yang bekerja ini sangat kuat, tak berhenti mencangkul walau terik, lalu hujan, lalu terik lagi. “You see Merry, they have no fat, only muscles……no worry of cholesterol…*Yah Jess lu nyindir gue deh*. Ditambah lagi saran Rut: Bagusnya aku n si Bos yang punya ukuran XL tinggal minimal satu bulan, tiap hari nyangkul n nanam pohon, dijamin pulang-pulang berubah bentuk dan warna, pasti bakalan item dan langsing sing! Aku sih nggak keberatan–suer–, aku bukan pemuja kulit putih seperti iklan-iklan kecantikan yang gebleg itu. Sayangnya tak mungkin kutinggalkan anak-anak n misoa lama-lama ding!

Selasa, 12 Agustus 2008

Prioritas utama pembangunan nasional salah satunya adalah pengurangan
angka kemiskinan. Sementara kantung-kantung kemiskinan umumnya berada
di pedesaaan, dan masyarakat pedesaan pada umumnya adalah petani.
Namun demikian pada tahun 2004 sektor pertanian menyumbang terhadap
PDB nasional sebesar 14,7 % dan menyediakan lapangan kerja bagi 43
juta orang. Hal ini menyebabkan sektor pertanian menjadi sektor
terbesar dalam menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat, yang
sekaligus dapat mengurangi angka kemiskinan secara signifikan.

Melihat realitas tersebut, sudah sewajarnya pemerintah mencanangkan
program revitalisasi pertanian dalam upaya pengentasan kemiskinan.
Pembangunan sektor pertanian sangat strategis, karena
sekurang-kurangnya berperan penting dalam : Peningkatan pertumbuhan
ekonomi; Penciptaan lapangan kerja; Meningkatkan ketahanan pangan
masyarakat, yang merupakan syarat penting dalam ketahanan nasional dan
regional; serta menciptakan kekuatan penghela dan pendorong bagi
pertumbuhan sektor-sektor lain.

Pembangunan kembali sektor pertanian (revitalisasi pertanian) tidak
akan berjalan lancar bila sumber daya sektor pertanian tidak
ditingkatkan kualitas nya. Sehingga salah satu bentuk implementasi
dari revitalisasi pertanian adalah revitalisasi penyuluhan atau
membangun dan menghidupkan kembali kegiatan penyuluhan yang sempat
mati suri. Dengan lahirnya UU no 16 tahun 2006 mengenai Sistem
Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (SP3K), merupakan
momentum yang tepat dalam membangun sumber daya manusia (SDM)
pertanian Indonesia yang memiliki daya saing tinggi dalam menghadapi
tantangan globalisasi.

Adapun target sasaran dari revitalisasi penyuluhan pertanian yang
tertuang dalam UU No 16 tahun 2006 tersebut yaitu kelembagaan
penyuluhan pertanian, penyelenggaraan penyuluhan pertanian dan tenaga
penyuluh pertanian. Bentuk konkretnya yaitu peremajaan tenaga penyuluh
yang saat ini semakin berkurang dengan merekrut tenaga bantu penyuluh
pertanian sebanyak 6,000 orang pada tahun 2007 dan ditambah 10,000
orang pada tahun 2008.

Perekrutan ini diharapkan bisa memberikan kontribusi yang positif bagi
kegiatan penyuluhan dengan terget Peningkatan Beras Nasional dua juta
ton (P2BN). Selain itu tenaga bantu penyuluh pertanian ini diharapkan
dapat mewujudkan pencapaian program pengembangan sistem dan usaha
agribisnis yang berdaya saing tinggi, peningkatan ketahanan pangan
serta membantu petani dalam upaya meningkatkan kesejahteraan hidupnya.

Tanggung jawab yang demikian besar ini merupakan konsekuensi logis
bagi para THL-TBPP dalam melaksanakan tugasnya. Untuk itulah
dibutuhkan upaya peningkatan kualitas diri dari masing-masing pribadi
THL-TBPP sehingga dapat bekerja cerdas, keras dan tuntas. Upaya
peningkatan kualitas diri ini perlu dilakukan secara simultan dan
tidak bisa dilakukan secara parsial, sehingga dibutuhkan adanya
komunikasi yang intens baik antar sesama THL-TBPP maupun dengan
penyuluh-penyuluh yang senior serta dengan institusi yang terkait
dengan dunia kepenyuluhan.

Kondisi objektif saat ini THL TB PP Kota Bengkulu yang sudah ditetapkan
sebanyak 14 orang yang terdiri dari 2 angkatan, angkatan 2007
sebanyak 6 orang dan angkatan 2008 sebanyak 8 orang yang memiliki
latar pendidikan beragam dari mulai tingkatan SLTA/SPMA, Diploma III,
dan Sarjana (S-1). Hal ini menyebabkan beragamnya tingkat penguasaan
pengetahuan pertanian.

Untuk Memperkuat antar THL TBPP sudah dibentuk Forum Komunikasi Tenaga Harian Lepas Tenaga Bantu Penyuluh Pertanian (FK-THLTBPP) Kota bengkulu
Yang dikomandani oleh Sdr. Harman Fachriza Angkatan 2007.

Secara Lengkap susunan Pengurus FK-THLTBPP Kota Bengkulu adalah :
Ketua :
Harman Fachriza
Wakil Ketua : Ali amsar Siregar, SP
Sekretaris : Ahmad Setiadi K, S.TP
Wakil Sekretaris : Silvia Nora, SP
Bendahara : Uyuk Anik
(Mohon Maaf yuk namanya kelupoan, waktu posting, Hee.he,,,,)